Sabtu, 21 Januari 2012

Misteri Pulang Sekolah

Suatu hari gw pulang sekolah.
Hari ini gw emng cape banget krna pelajaran yg gw hadepin susah semua.
Temen'' ninggalin gw pulang sndiri krna dijemput sm pacar'' mereka.
Dan akhir'a mau gimana lg,trpaksa gw pulang sndiri.
Gw jalan kaki dari pintu kelas ke gerbang sekolah.
Perasaan bete krna pulang sndirian menempel dibenak gw.
Pas gw nungguin angkutan dipinggir jalan,
tiba'' ada seorang cwo yg gw ga kenal n bawa motor berenti didepan gw.
''mau pulang?bareng yu?'' kta cwo itu.
'' map, aku lg nungguin jemputan'' jwab gw bohong.
''oh gitu,ea udah deh'' kta cwo ga jelas itu langsung aja pergi.
Dengan perasaan menyesal gw diem dipinggir jalan nungguin angkutan lg.
Lalu,ada seorang cwe nyamperin gw bawa mobil.
'' hai,pulang bareng yu'' kta cwe itu.
'' engga ah makasih, aku lg nungguin temen yg masih disekolah'' jawab gw bohong lg.
'' oke deh kalo gitu,bye '' kta cwe itu langsung pergi.
Dengan perasaan menyesal lagi,gw mutusin buat pulang jalan kaki aja.
Walaupun udara panas yg bikin gw tambah bete,tp gw tetep melanjutkan perjalanan kerumah.
Lalu ditengah perjalanan gw ngeliat keramaian,
ternyata ada yg kecelakaan dan akhirnya gw samperin kali aja seru.
''astagfirullah'' teriak gw.
''Ternyata yg kecelakaan itu cwo n cwe yg ngajak pulang bareng sm gw tadi'' ucap gw dalem hati.
Kata warga disitu,mobil yg dibawa sicwe nambrak motor yg dibawa sicwo dan sicwopun terlindas badannya oleh mobil sicwe.Mobil yg dibawa sicwepun hilang kendali dan akhirnya menabrak pohon.
Dan keduanya telah meninggal ditempat (naudzubillah).
Akhirnya gw mutusin buat pulang cepet'' krna ngeri.
Tp gw bersyukur krna ga ikut pulang sm mereka.
Gw berjalan terus menuju rumah,tapi gw ngerasa ada yg ngikutin.akhir'a gw memutuskan buat duduk dibawah pohon jambu.diotak gw masih terbayang mayat cwo n cwe tadi,tapi gw malah ngerasa laper.Terus gw ngeliat jambu diatas pohon yg kaya'a lumayan enak buat ganjel perut.Akhir'a gw goyang''in pohon'a biar jambu'a jatoh.
Setelah lama berusaha dan akhir'a ''Plukk'' ada yg jatoh dari atas pohon.
Ketika gw liat apa yg jatoh,
ternyata bukan jambu tapi sepotong pergelangan tangan buntung yg masih berlumuran darah jatuh dr atas pohon.
Akhir'a gw berlari sekencang-kencang'a.
Terus berlari lari dan lari.
Gw lari sekencang angin yg disapu badai.
Lalu,gw dengar suara wanita manggil gw.
'' Icca... Icca ... ''
mendengar suara wanita itu gw lari makin kencang dan terus lari.
Namun, suara wanita itu makin keras,
dan wanita itu berkata
'' Icca ... Icca ... Bangun sayang mau sekolah engga entar kesiangan loh ...''

Ternyata itu suara mama yg ngebangunin gw.
Lalu gw bangun dan ternyata ini semua cuma mimpi.
Hahhaaa :D

Ide Dari Dokter

Diperjalananku kerumah sakit bersama papa, aku melihat boneka beruang warna kuning dipajang dijendela depan sebuah toko.
Aku jatuh hati padanya.
Aku ingin memilikinya, tapi tak mungkin aku minta pada papa. Aku terlalu besar untuk beli boneka beruang.

Tiba dirumah sakit.
Papa menunggu diluar ruang periksa karna ada telepon penting.
Aku bercakap santai dengan dokter setelah diperiksa.
''Aku sakit tampek ya dok?'' tanyaku padahal aku sudah tau.
''Iya de, kenapa bisa tampek?''
''Aku stress dok, seminggu ini ulangan terus.''
''Oh gitu, jadi karna banyak pikiran ya?'' ucap dokter tersenyum geli.
''Kayak'a sih gitu dok, tapi aku sih santai ajja walaupun ulangannya susah'' kataku sombong.
''Karna sekarang ulangannya udah selesai, mending hibur diri biar stressnya hilang'' kata dokter memberi saran.
'' Aha ! '' teriakku dalam hati.
Dari saran dokter tadi, aku dapat ide untuk membeli boneka beruang itu.

Papa sudah tau obrolanku dengan dokter ketika administrasi berlangsung.
Papa bilang aku tidak boleh banyak pikiran dan papa segera mengajakku pulang.
Ketika dijalan pulang, aku melancarkan ide yang tlah ada diotakku tadi.

''Pa kata dokter aku perlu hiburan biar seneng gitu deh, pa!'' ucapku merayu.
''Emang kamu maunya seneng gimana?''
''Liat deh pa boneka itu'' tunjukkan jariku menghentikan mobil papa.
''Boneka yang kuning?''
''Iya pa, bagus banget. Aku pasti seneng deh kalo punya boneka itu''
''Ya udah kita beli ya''
Iyess ! Usaha mulus, usaha lancar, boneka itu dipelukanku. Wohho !
Aku merasa sembuh.

Keesokan harinya nilai ulanganku dibagikan.
Dan hasilnya
buruk.
Aku sedih, menyesal dan akhirnya sakit lagi.
Ternyata nilai ulanganlah obat stressku,
bukanlah sebuah boneka beruang.

(cerita ini hanya fiktif, smoga ga jadi kenyataan)
:D hahhahaa

Shampo vs Sabun

Disekolah,
banyak siswi yang mengagumi rambut Ayu. Begitupula aku.
Rambut hitam panjang dan berkilau yang melewati bahu, dengan sisiran dan potongan yang rapi, itu sangat terlihat indah.
Beda denganku,
rambut pendek lepek dan apek juga tak terurus, itu sangat tak patut dilihat.

Dengan mengkilapnya rambut Ayu,
banyak penggemar yang membicarakannya, entah karna keindahannya atau karna mereka sirik dan berangan - anggan untuk mendapatkan rambut indahnya.
Akupun begitu, andai aku bisa, aku mau rambutku seperti dia.

Akhirnya, aku memberanikan diri untuk bertanya pada Ayu shampo apa yang dia pakai dan mungkin Ayu memiliki tips lain yang menjadikan rambutnya indah berkilau.
Betapa terkejutnya aku ketika mendengar jawaban Ayu.
''Gue ga pernah pake shampo ca.'' jawab Ayu.
''Ah masa?'' pikirku tak percaya.
''Beneran! Gue keramas pake sabun colek.''
'' Hah? Kenapa? '' rasanya gue mau pingsan.
''Ga apa-apa, udah biasa ko ca.''
Sebenarnya aku sulit membayangkannya, tidak mungkin rambut indah seperti itu keramas dengan sabun dan sabun itu sabun colek yang biasa digunakan untuk cuci piring, dan terkadang digunakan untuk mencuci kaos kaki bahkan sepatu.
''Hmmp yu, gimana kalo Lo coba keramas pake shampo. Kali ajja rambut Lo jadi makin indah.''
Ayu tersenyum diam. Seakan memikirkan usulku itu.


Bel sekola berbunyi, semua pulang.
Dengan gembira Ayu membeli shampo setelah pulang sekolah.
''Gue udah beli shampo, gue bakalan keramas sore ini'' kata Ayu tak sabar ingin pulang.
Begitupula aku. Akupun tak sabar ingin melihatnya, pasti rambutnya akan lebih indah.
Tapi, sayang....
Aku tak pernah dapat kesempatan untuk melihat hal itu terjadi.
Karena keesokan harinya Ayu menutupi rambutnya dengan kerudung yang sangat panjang.

Kecurigaan Aziza

''Halo? Dimana?'' kataku sudah tidak sabar.
''Masih dijalan, Sehab ada dirumah ko. Langsung ajja masuk. Miss you'' Wildan menjawab dan mematikan telepon.
Dengan mulut menggerutu aku langsung kerumah Wildan. Pasangan hidupku selama dua tahun ini.
''Hey Aziza? Masuk aja'' temannya Sehab membukakan pintu dan aku masuk.
Tanpa pikir panjang aku pergi kekamar Wildan dan meninggalkan Sehab diruang tamu. Aku gak akan dekat lelaki lain selain kekasihku.

Aku terdiam siaga setelah masuk kekamarnya.
Pacarku laki-laki. Ya, benar laki-laki. Dia laki-laki keras dan tidak ada didalam dirinya jiwa feminim.
Penciumanku berkata lain. Hidungku mendeteksi parfum asing. Aku mengitari kamarnya menggunakan hidungku bagai anjing pelacak milik polisi.
Rasa curiga dihatiku berlipat ganda sekarang, aku mencium wewangian parfum yang sungguh feminim dikamarnya.
Aku menatap penuh prasangka pada jaket hitam dikamar Wildan, laki-laki yang sangat aku cintai.
Ya, hidungku tidak salah. Wewangian feminim ini berasal dari jaket ini.


Siapa?
Dina? Yatti? Fitri?
Atau Heni?
Oh, iya aku tau.
Pasti Nia teman baru dikelasnya itu. Dia sangat cantik, pasti dia ada main dengan Wildan.

''Hey sayang!'' Wildan datang dan memanggilku. Ia menatapku penuh cinta.
Ya seperti biasa.
Namun, aku hanya bisa membeku. Ingin rasanya mengikat Wildan dan Nia direl kereta api dan kereta api melindas mereka sampai tercincang dan menjadikan mereka sebagai bingkai mayat pendosa.
Aku benci mereka berdua.

Wildan memelukku sekarang. Tubuhku mengeras ingin lepas. Mengeluarkan tuduhan dan hinaan.
Wildan tidak sayang aku lagi.
Ya, itu semua ada diotakku.

Wildan menatapku sekarang, yang membuatku tak kuasa ingin melemparkan sebuah kata. Namun, dia yang melemparkan sebuah kalimat untukku,
''Selamat ulang tahun Aziza sayang! '' sambil menyodorkan sebuah hadiah berwarna kuning.
Konyolnya aku, aku langsung membuka hadiahnya penuh sensi.
Satu set perhiasan dan sebotol parfum.
Perlahan, aku hirup parfum itu. Ya, aku memang benar. Wildan memberikan parfum yang sama dengan parfum selingkuhannya Nia.

''Kamu gak suka ya?'' Wildan menafsirkan ekspresi wajahku.
''Kamu yang pilih?'' tanyaku tanpa senyuman.
''Iya. Tapi Sehab juga bantu milihnya. Terus dia juga udah nyobain sedikit. Katanya bagus jadi aku beli'' jelas Wildan.
''Sehab?'' kataku tersentak.

Sehab datang dengan seenaknya kekamar tanpa memikirkan aku dan Wildan yang berduaan.
''Mana jaket hitam punyaku? Sini mau dipake'' ia mengambil jaket hitamnya dan langsung pergi.
Ya, aku mengerti sekarang.



''Aku suka parfum ini ko. Perhiasannya juga bagus banget. Makasih ya sayang'' ucapku lega.

Wildan memelukku untuk kesekian kalinya. Kali ini aku tak mau lepas. Dibisikannya kata-kata cinta ketelingaku.
Aku berfikir,
''Kok bisa-bisanya aku meragukan Wildan?''

Salah Sambung !

Taukah makna cinta sejati? Smoga kita semua tau, bahwa cinta sejati itu bukanlah daun indah yang baru tumbuh, tetapi daun yang telah membantu mengasrikan lingkunganmu.

Dan ceritaku ini, dapat membuktikannya.

Aku Rival.
Aku mencintai seorang perempuan yang sudah lama menemani hidupku.
Phramana.
Ya, Phram namanya. Gadis manis dan cantik. Slalu sederhana juga perhatian. Yang membuatku selalu membutuhkannya. Dia sangat mencintaiku, aku yakin karena aku merasakan itu.
Minggu malam aku memutuskan untuk bertemu walaupun tadi pagi baru saja ketemu.
Bagai abu-abu rindu yang menggebu, membuat aku ragu untuk menunggu datangnya rasa rindu dikalbu.
''Boleh masuk ay?''
''Gak boleh ah.'' tolaknya sambil menarik tanganku masuk kedalam rumah dengan mesra.
Kami duduk sekarang.
Krriiinng ..... Krriiiing .....
Suara handphoneku mengganggu tatapan wajahku yang berniat ingin menggulum bibir merah itu.
''Siapa nih?''
''Riva''
''Riva mana?Ngapain nelpon?''
''Ini Aldi?''
''Aldi bapak lo''
''Galak ih''
''Ga usah nelpon lagi.Salah sambung''
tuuuuuuuutt ....
Telepon aku matikan. Kesal.
''Siapa?ko marah?'' tanya Phram padaku.
''Ga tau salah sambung. Kesel ajja udah gangguin'' ucapku kesal.

Larut malam dan aku pulang.
Kini rindu terobati. Tapi, aku tidak tau ketika sampai dirumah, pasti rasa itu datang lagi.

Selasa, 27 Juli 2010
aku datang keacara anniversary temanku. Sendirian.
Phram tidak menjawab telepon dan membalas sms ku. Entah kemana.
Sesampai aku dirumah, telepon salah sambung itu datang lagi. Dia sengaja menelponku katanya. Iseng.
Akhirnya aku memutuskan untuk ngobrol dengannya, lagipula suaranya enak didengar tak jauh dengan Phram. Lembut, merayu, pasti si Riva ini cantik.
Kami ngobrol berjam-jam. Padahal bertemu juga belum.
Dia curhat padaku. Katanya, Riva baru ditinggal kekasihnya seminggu yang lalu. Berawal dari tak ada kabar sampai ditinggalkan.
Ya, tak jauh beda denganku hari ini. Wanita yang aku cintai ditelan bumi.

Rabu, 28 Juli 2010
kami memutuskan untuk bertemu. Riva lebih cantik dari yang aku bayangkan. Aku menyukainya karena kecantikannya.
Dua orang kesepian mencari kehangatan. Ya, itulah kami.
Aku tak menyangka dengan keberuntunganku ini. Riva menyatakan cinta padaku. Kita pacaran sekarang.
Phram?
Oh iya aku lupa.

Kamis, 29 Juli 2010
Phram menelponku.
Dia bilang handphonenya hilang kemarin.
Ini pakai handphone baru.
Tpi aku memutuskan untuk menyudahi hubungan dengan Phram hari ini juga. Dia hanya menangis tersedu-sedu,sampai sulit bicara. Ia hanya bisa bertanya satu kata ''kenapa?'' dan aku tak jawab.
Aku bahagia dengan Riva sekarang. Wanita cantik yang baru aku temui kemarin.

Beberapa hari setelah perpisahan dengan Phram, aku mengajak Riva kerumahku untuk menginap.
Pagi sampai siang kita menjalin cinta dirumahku, sore harinya aku pergi meninggalkan Riva sendirian didalam rumahku karna ada keperluan dengan teman sekolahku.
Malam hari aku sampai kembali dirumah.
Betapa terkejutnya aku dengan apa yang telah aku sadari.
Riva sudah tidak ada dirumah. Begitupula dengan sejumlah uang, laptop dan alat elektronik milikku lainnya. Lenyap.
Menyesal? Pasti.
Benda berharga yang kumiliki sekarang hanyalah Handphone yang kubawa ketika menemui teman sekolahku kemarin.


Hari-hari kembali sepi.
Aku memutuskan untuk menelpon Phram untuk sekedar menanyakan kabar. Namun, aku ragu.
Tapi aku lawan rasa ragu ini dengan berani.
Aku menelpon Phram.
Suaranya masih seperti dulu. Lembut, merayu dan bukan penipu.
Bodohnya aku.
Aku menjelaskan mengapa aku menyudahi hubungan dengan Phram
Aku juga menceritakan Riva. Wanita yang seharusnya tak aku ceritakan pada Phram.

Bodohnya aku.
Aku bilang aku menyesal dan meminta maaf.
Dan aku berharap Phram bisa kembali padaku setelah apa yang aku perbuat padanya.

Bodohnya Phram
ia mengucapkan kalimat yang harusnya tak ia ucapkan
Dia bilang,
''Ya. Kita bisa sama-sama lagi'' katanya.
''Rival bodoh ay'' ucapku tersedu-sedu.